Settingan Terbaik untuk Sony a6000


Halo!

Dalam postingan ini, saya bakal nunjukkin settingan-settingan buat Sony a6000 yang paling cocok buat saya. Tapi sebelumnya, saya mau ngingetin kalau settingan-settingan yang ditulis disini gak selalu harus sama buat setiap orang. Settingan-settingan disini dipilih karena saya paling sreg sama settingan-settingan ini, jadi kalau mau ganti-ganti dikit biar lebih cocok buat anda, silakan saja.

Di kamera ini, ada banyak settingan yang bisa anda ganti. Bahkan saya bisa bilang settingan yang ditawari sama kamera comapct ini sama dengan kelas-kelas enthusiast SLR seperti Nikon D7200 dan Canon 7DII. Tapi, banyak settingan yang bikin bingung pengguna, karena gak dijelaskan dengan baik di buku manual (terutama buat pemula). Saya udah pakai kamera ini selama 3 tahun lebih, karena itu saya bakal coba untuk menjelaskan settingan-settingan yang bisa anda ganti buat pemula.

Dial Mode

Dalam dial mode, ada banyak mode yang bisa dipilih. Tapi menurut saya, ada yang seharusnya anda pilih dan ada yang sebaiknya dihindari saja. Kenapa? Karena mode-mode tersebut dibuat untuk pemula, dan memiliki batasan (limitation) yang banyak.

Mode-mode Beginner:

a. Superior Auto dan Intelligent Auto

Dalam mode Auto ini, kamera bakal nebak dan milih settingan sesuai dengan algoritma software bawaan kamera. Karena semua "diserahkan" sama kamera, jadi banyak setting yang terkunci, misalnya ISO, White Balance, penggantian focus point, dll. Lebih lagi, mode auto ini juga hanya teroptimisasi untuk kit lens (Sony SEL1650PZ). Artinya, jika anda menggunakan lensa lain, algoritma yang digunakan di mode ini jadi gak efektif.

b. Scene Modes

Ini hampir sama seperti mode auto. Yang beda, hanya sekarang anda yang milih scene nya apa. Tapi sama aja, hampir semua setting dikunci dan hanya teroptimisasi untuk kit lens.

c. Sweep Panorama

Saya sudah sering coba buat sweep panorama dengan mode sweep panorama ini, tapi saya jarang berhasil ngambil panorama dengan mode ini sekali jadi. Saya harus ngulang-ngulang beberapa kali sampai berhasil seperti yang diinginkan. Mode ini cenderung lambat dan kurang andal. Saya lebih suka foto manual beberapa kali dan nanti bakal saya stich pakai software di komputer.

d. Mode "P"

Mode "P" adalah salah satu mode manual yang "paling tidak manual". Disini, sebagian besar setting yang terkunci pada mode-mode otomatis sebelumnya sudah terbuka. Sebagai contoh, ISO, focus mode, drive mode, dll. dapat diubah. Tetapi, bedanya dengan mode "yang lebih manual" lainnya, mode ini gak ganti aperture atau shutter speed sendiri-sendiri. Jadi mode ini hanya bisa mengganti aperture dan shutter speed dalam waktu yang sama.

Menurut saya, ini malah sering bikin saya bingung. Saya gak bisa lihat jelas apa yang sebenarnya saya ganti, karena saya butuh "acuan" yang jelas. Lebih baik menggunakan mode "A" atau "S". Memang secara fungsional sama persis, tapi dalam mode-mode itu ada semacam "acuan" yang lebih jelas, entah itu aperture atau shutter speed. Jika anda baru mulai belajar fotografi, malah bakal membingungkan menggunakan mode ini karena anda akan "mencampuri" urusan shutter speed dengan aperture.

e. Mode Movie/Video

Mode ini hanya mengcrop gambar dalam Live view biar sama dengan format video HD (yang tadinya punya rasio 3:2 jadi 16:9). Saya kira mode ini gak terlalu diperlukan, soalnya gampang sekali anda mengcrop Live view tanpa bantuan kamera.

Yang seharusnya digunakan:

a. Mode "A"

Di mode ini, anda milih aperture dan shutter speed disesuaikan otomatis oleh kamera. Menurut saya ini adalah mode yang paling "sapu jagat" buat objek statis, karena settingan yang paling berpengaruh buat objek statis itu aperture (dan shutter speed hampir gak pengaruh sama sekali). Jadi, settingan ini paling cocok buat digunain pas objek yang anda foto gak bergerak. Di mode ini anda bisa ganti-ganti depth of field tanpa harus lihat settingan lainya buat menyesuaikan exposure.


b. Mode "S"

Mode ini adalah kebalikan dari mode "A", dimana shutter speed lah yang anda pilih dan aperture disesuaikan otomatis. Meskipun aperture juga pengaruh untuk objek dinamis (bergerak), tapi shutter speed lebih berpengaruh. Jadi mode "S" ini cocok kalau anda lagi ngambil foto objek-objek yang gerak. Anda bisa menghilangkan atau bahkan membuat motion blur pakai mode "S" ini tanpa harus peduli dengan masalah exposure.

c. Mode "M"

Di mode ini, anda bisa ganti aperture dan shutter speed tanpa harus "dikunci" dengan exposure. Artinya kamera gak lagi ganti-ganti salah satu secara otomatis. Saya jarang sekali pakai settingan ini, kecuali saya lagi emang buth settingan aperture dan shutter speed yang "pas". Contohnya, pas lagi foto motion blur air terjun pakai filter gelap (ND). Di mode ini, anda juga bisa pakai mode bulb. Mode bulb adalah mode dimana anda bisa mengubah shutter speed sesuka hati, karena dalam mode bulb shutter bakal kebuka selagi anda mencet tombol shutter. Mode bulb sangat berguna jika anda punya remote shutter.

Tetapi selain scene tertentu dimana saya butuh settingan yang pas dan mode bulb, mode "A" atau "S" sudah cukup "bebas".

d. Mode "MR" (Memory Recall)

Dalam mode ini, anda bisa mensave semua setting-setting yang disave dalam kamera. Semua setting (termasuk mode, setting dasar dan setting-setting lainya) tersimpan dalam memori, jadi kalau anda mau pake salah satu setting, anda tinggal menggunakan mode ini dan pilih salah satu. Cara mensave setting adalah:

1. Pilih semua settingan yang pengen disimpan
2. Pilih menu, terus ke halaman 7 dari tab pertama
3. Pilih "memory" dan pilih salah satu dari 3 tempat yang ada, settingan bakal disimpan disana.

Jika anda ingin load, anda hanya tinggal ganti mode ke mode "MR" terus pilih antara 1, 2 atau 3 yang pengen anda load. Ii jauh lebih cepat daripada ganti settingan satu-satu. Selain itu saya jadi gak salah-salah settingan lagi, karena sering ada yang lupa/kelewat. Banyak settingan yang perlu diganti kalau saya berubah dari ngefoto objek statis ke ngefoto objek dinamis. Karena itu saya sangat sering menggunakan mode "MR" ini.

Saya bakal ngebahas tentang mode "MR" ini lagi di post ini.

Settingan Dasar

Untuk setiap menu, bakal ada banyak settingan yang bisa anda pilih. Tapi, saya cuma bakal jelasin yang perlu anda perhatiin saja (selebihnya hampir-hampir gak berguna). Untuk mengganti settingan dasar, ada tiga cara. Anda bisa mengakses menu, mencet tombol "Fn" atau custom button (nanti akan dibahas), atau menggunakan shortcut arrow key.

a. Drive Mode

Single Shooting: Camera ngambil foto satu per satu. Seperti biasa, setiap mencet tombol shutter kamera bakal menjepret sekali.

Continuous Shooting (Lo, Mid, Hi): Juga umum disebut "Burst Mode". Jika tombol shutter dipencet, kamera bakal ngambil banyak foto selama shutter masih dipencet. Lo, Mid, dan Hi adalah kecepatan-kecepatan penjepretan foto per detik yang bisa anda pilih. Kamera bakal terus ambil beberapa foto per detik. Tapi, kalau buffer memory habis, bakal jadi lambat. Buffer memory tergantung dari kecepatan memory yang anda pakai. Mode ini umumnya dipakai untuk objek-objek yang bergerak cepat.

Lo: 2.5 fps
Mid: 6 fps
Hi: 11 fps

Self Timer (2s, 10s): Akan ada delay (jeda) antara pemencetan tombol shutter dan penjepretan foto. Saya biasanya pakai mode ini kalau saya pakai tripod mengambil gambar long exposure. Karena anda bisa menghilangkan goyangan (shake) yang sering ada kalau pakai single shooting.

Selt Timer Continous (Beberapa Opsi): Gabungan dari kedua mode diatas. Kamera bakal ngambil beberapa foto burst (jumlahnya sesuai dengan opsi yang anda pilih) setelah jeda. Saya pakai settingan ini kalau saya mau buat foto multiple-exposure blending yang dibuat manual pakai software.

Continous Bracket (Beberapa Opsi): Kamera ngambil beberapa foto yang exposurenya (kecerahannya) beda. Saya biasa pakai settingan ini kalau saya mau buat foto HDR yang dibuat manual pakai software.

b. Flash dan Flash Comp

Saya gak sentuh settingan flash, masalahnya flashnya juga jarang saya gunakan. Kecuali keadaan gelap banget, saran saya hindari pakai flash karena menurut saya hasil jepretannya jadi kurang natural.

c. Focus Mode

AF-S: Hanya akan fokus sekali aja pas tombol shutter ditekan setengah. Pakai jika anda yakin 100% anda mengambil objek statis.

AF-A: Kamera bakal mendetect dan milih antara AF-S dan AF-C tergantung dari gerak atau tidaknya objek. Menurut pengalaman saya, mode ini cukup bagus buat mendetect objek dan menyesuaikan focus mode.

AF-C: Akan mencoba fokus terus-terusan selama shutter dipencet setengah. Pakai kalau anda yakin 100% anda akan ngambil objek dinamis.

DMF: Manual focusing setelah dilakukan autofocusing. Jadi anda bisa merubah-rubah focus setelah kamera melakukan autofocus. Mode ini mode manual focusing yang saya pakai, karena hampir 100% saya mengambil foto, autofocus tidak bermasalah.

d. Focus Area

Flexible Spot (Pakai M atau L, jangan S): Anda bisa mencet tombol panah tengah dan milih area fokus. Setelah memencet tombol tengah, anda gunakan panah terus gerakin ke bagian mana kamera harus melakukan focus. Ini bisa bantu anda buat membidik fokus lebih tepat sasaran. Menurut saya, mode ini hanya mode yang perlu digunakan, karena bidikan fokus sangat penting di fotografi.

e. Exposure compensation

Dalam setting ini anda bisa ganti-ganti atau memfinetune exposure. Jika anda kurang puas sama settingan yang dipakai kamera, anda bisa mengurangi atau menambah sedikit atau banyak kecerahan dalam foto. Kamera nantinya bakal menyesuaikan shutter speed atau aperture (tergantung anda pakai mode "A" atau "S") untuk mengubah exposure. Anda bisa mengakses settingan ini pakai shortcut di tombol panah bawah (default) atau diganti pakai top dial. Saya bakal bahas tentang ini di bawah.

f. ISO

Saya biasanya menset ISO di auto. Anda bisa ganti jangkauan ISO dari minimum ke maksimum di settingan auto. Caranya, di menu ISO, saat ada di menu "Auto" anda pencet tombol panah kanan. Disitu anda bisa gonta-ganti minimum dan maksimum ISO yang anda mau pakai. Saya menset 100 untuk minimum dan 3200 untuk maksimum, tapi buat maksimum anda boleh menaikkan atau menurunkan ini sesuai selera.


Untuk pilihan ISO manual, saya kurang rekomendasi, karena sering saya lupa ganti kembali ke auto. Saran saya kalau anda mau pakai manual, jangan set manual yang tinggi. Kalau saya sendiri, set manual itu bolehnya ISO 100 aja. Kalau emang pengen nyoba-nyoba exposure yang beda-beda, lebih baik anda pakai exposure compensation.

g. Metering

Hampir semua foto yang saya ambil saya ambil pakai mode "multi". Saya pakai mode "spot" khusus ambil scene-scene tertentu seperti shilhouette. Saya gak pernah pakai mode "center".

h. White Balance and Creative Style

Lebih baik dibiarkan saja. Tapi kalau anda suka ngambil JPEG, anda boleh gonta-ganti creative style biar lebih cocok.

i. Quality

Saya lebih suka mengambil foto RAW karena hampir semua foto yang saya ambil bakal saya post-process lagi. Tapi kalau saya lagi kurang mood post-processing, atau butuh cepat, saya bakal ganti ke JPEG fine. Tapi jangan lupa setelah ke JPEG fine, kembalikan lagi ke RAW.

Menu Options

a. Tab 1


Aspect ratio: Set di 3:2, kalau diubah artinya photo dicrop.

Video file format: XAVC S kalau kompatibel, kalau gak ya AVCHD (tergantung memory card yang anda pakai)

Video Record Setting: 50p 50M XAVC atau 28M AVCHD)

Red Eye Reduction: On

AF Illuminator: Menurut saya AF Illuminator kurang begitu berguna. Autofocus a6000 sudah cukup bagus di kondisi gelap, jadi AF illuminator ini gak diperlukan. Kadang-kadang malah mengganggu.

Video AF drive speed: Normal. Slow terlalu pelan dan fast terlalu cepat.

AF Track duration: High. Gak terlalu pengaruh.

Exposure Step: 0.3 EV. Buat step nya sekecil mungkin biar bisa memfinetune exposure.

Long exposure NR: On. Saya denger-denger ini sering bikin masalah. Ada sebagian pemilik a6000 yang katanya hasil fotonya lebih jernih kalau settingan ini di setting "off". Tapi jujur aja saya gak nemuin beda apa-apa diantara on dan off, karena harusnya settingan ini hanya aktif kalau anda ambil foto bershutter speed lambat. Kemungkinan besar ada semacam bug yang hanya ada di firmware lama, jadi lebih baik kalau anda pakai firmware lama di update saja atau matikan setting ini.

High ISO NR: Low. Menurut saya "Normal" bikin foto kurang tajam.

Lock On AF: On.

Smile/Face Detection: Off.

SteadyShot: On. Bahkan pakai tripod pun anda seharusnya gak perlu matiin ini.

Colour Space: AdobeRGB.

Auto Slow Shutter Speed: On. Kalau anda rekam video di kondisi gelap, menurut saya exposure lebih penting daripada fps.

Audio Recording: On, bahkan kalau anda pakai gear lain untuk rekam sound, anda bisa pakai recording biar suaranya sync.

Wind noise reduction: On.

b. Tab 2

Zebra: 100+. Zebra adalah fitur yang bisa nampilin tingkatan-tingkatan exposure tertentu. Menurut saya level zebra yang paling berguna level 100+. Karena di di level 100+ anda bisa lihat bagian-bagian yang overexposed, atau dimana detail pada bagian terang (highlights) kebuang (clipped).

MF Assist: On.

Focus Magnification Time: 2 Sec.

Grid Line: Sering Off, kadang-kadang On. Saya sudah biasa buat komposisi gambar tanpa bantuan grid, tapi kadang-kadang saya nyalain kalau butuh. Tombol panah bawah (yang awalnya exposure compensation) saya ganti buat ngubah-ubah settingan grid line. Buat pemula saya saranin nyalain rule of thirds aja, supaya jadi biasa bikin komposisi sesuai dengan grid.

Auto Review: 2 Sec

DISP button
Monitor: Display All Info, For Viewfinder, No Disp Info
Finder: Histogram, No Disp Info

Peaking Level: Mid paling cocok.

Peaking Colour: Red paling cocok.

Exposure set guide: Off. Karena ada info berapa aperture, shutter speed, ISO dan exposure compensation dibawah, gak perlu settingan ini.

Live view: Setting effect On biar exposure di layar sama dengan foto yang bakal diambil.

Display continuous AF Area: On, anda perlu lihat dimana focus point nya pas motret.

Pre-AF: On.

Zoom setting: Optical Zoom only. Digital zooming bikin kualitas gambar rusak.

Finder/Monitor: Auto. Pasti anda bakal ganti ganti antara viewfinder dan layar.

Release w/o Lens: Disable. Gak ngaruh buat ambil foto.

AF w/ shutter: On.

AEL w/ shutter: Auto.

e-Front Curtain Shutter: On

Exposure Compensation Setting: Ambient and Flash

Bracket Order: Minus, Netral, Plus

Face Registration, AF Micro Adjustment: Default aja.

Lens Compensation: Auto semua.

Function Button Menu Set:
1. Drive Mode*
2. Flash**
3. Flash Compensation**
4. Focus Mode*
5. Focus Area
6. Exposure Compensation*
7. ISO*
8. Metering
9. White Balance
10. Memory Recall
11. Creative Style**
12. Quality

*Bebas diganti apa aja, sudah ada shortcut yang lebih cepat.
**Gak ngaruh, saya biarin default.

Custom Key Settings
AEL Button: Lock-on AF (Sangat berguna!)
C1: Focus Mode
C2: Zebra (sebenarnya gak juga gak apa-apa)
Bottom: Grid Line
Yang lainnya default

Dial/Wheel Setup: Front dial F/no, Top dial SS

Dial/Wheel Ev Comp: Top Dial. Daripada anda harus klik tombol panah bawah, anda bisa langsung ganti exposure compensation pakai top dial.

Movie Button: Always

Dial/Wheel Lock: Unlock

Settingan Memory Recall

Catatan: kalau saya gak tulis disini, berati settinganya sama.

MR1: Settingan sehari-hari

Drive Mode: Single Shot
Metering Mode: Multi, atau spot buat ambil silhouette
ISO: Auto, 100 Minimum, 3200 Maximum
Focus Mode: AF-A
Quality: RAW
Camera Mode: A

MR2: Action (objek dinamis)

Drive Mode: Continous Shooting, Hi
Metering Mode: Multi
ISO: Auto, 100 Minimum, 1600 Maximum
Focus Mode: AF-C
Quality: RAW/JPEG Fine
Camera Mode: S

Pakai tombol AEL kalau anda ingin focus tracking!

MR3: Pakai tripod

Drive Mode: Self-timer: 10 Sec
Metering Mode: Gak begitu pengaruh, tapi multi aja
ISO: Manual (100)
Focus Mode: AF-S
Quality: RAW
Camera Mode: M

Sisanya: Default

Comments

Popular posts from this blog

Update 2020: Lensa Terbaik untuk Sony a6000, a6100, a6300, a6400

Sony Alpha a6000 Best Budget Lenses